قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :
Sungguh telah kukira wahai Abu Hurairah (ra) bahwa tiada yang menanyakanku
mengenai hadits ini yang pertama darimu, dari apa-apa yang kulihat atas
penjagaanmu pada hadits ini, yang paling bahagia dengan syafaatku dihari kiamat
adalah yang mengucap Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah) ikhlas dari
hatinya dan dirinya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan keberkahan, dan keberkahan adalah
anugerah yang kemuliaan-Nya dilipatgandakan baik zhahir atau pun bathin, maka
di bulan Rajab ini keberkahan dilimpahkan seluas-luasnya oleh Allah subhanahu
wata’ala di malam-malam doa, malam-malam dzikir dan munajat. Bulan Rajab yang
merupakan salah satu bulan haram, dimana Allah melimpahkan keberkahan kepada
hamba-hamba-Nya, ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam .
Sedemikian banyak doa-doa yang dikabulakan oleh Allah di bulan mulia ini, dan
sedemikian banyak musibah yang disingkirkan oleh Allah di bulan ini lebih dari
bulan-bulan lainnya, sedemikian banyak kesulitan yang disingkirkan oleh Allah
di bulan ini, pertolongan Allah turun dan limpahan anugerah dicurahkan, maka
perbanyaklah berprasangka baik kepada Yang Maha Dermawan, karena rasa syukur
dan sangka baik itu membuka anugerah yang lebih besar dari Allah subhanahu
wata’ala. Allah telah bersumpah dengan sumpah luhur dalam firman-Nya, bahwa
siapa yang bersyukur atas ni’mat Allah maka Allah lipatgandakan kenikmatan-Nya
:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
( إبراهيم : 7 )
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim : 7 )
Maka dekatlah kepada Yang Maha memiliki dunia dan
akhirah, Maha menjauhkan segala apa yang kita risaukan karena Allah subhanahu
wata’ala siap memberikan semua itu kepada yang dikehendaki-Nya, maka mohonlah
dan ketuklah gerbang kedermawanan Allah, kasih sayang-Nya diberikan kepada
hamba-hamba-Nya yang meminta. Jika mereka mendapatkan kesulitan di dunia, maka
sungguh kesulitannya akan diperkecil dan segera dibukakan bagi mereka kemudahan
di dunia dan akhirah. Demikianlah Allah melimpahkan keberkahan kepada ummat
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“ Ya Allah berilah keberkahan kepada kami di bulan
Rajab, dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada Ramadhan”
Wahai pemilik Rajab, wahai pemilik Sya’ban, wahai
pemilik Ramadhan, Engkaulah Yang melimpahkan anugerah-anugerah besar di
bulan-bulan ini melebihi bulan-bulan lainnya, maka sertakan nama-nama kami
semua berada diantara kelompok yang mendapatkan anugerah besar zhahiran wa
bathinan. Ya Allah, nama yang teragung yang memulai segenap keluhuran, nama
Yang Maha berhak memberikan segala kebahagiaan, Yang Maha membatasi atau tidak
membatasinya, sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha memberi tanpa
mempedulikannya lagi, Maha memaafkan tanpa mempertanyakannya lagi, Maha mengangkat
derajat tanpa mempedulikan hamba-Nya meskipun ia adalah pendosa besar namun
jika Allah ingin mengangkat derajatnya maka ia akan berubah menjadi orang yang
sangat mulia, sebagaimana firman-Nya :
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
( الفرقان : 70 )
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Al
Furqan : 70 )
Mereka yang berbuat dosa kemudian bertobat dan
meninggalkan kehinaan menuju keluhuran meninggalkan dosa-dosa semampunya menuju
hal-hal yang lebih luhur, serta memohon pengampunan atas dosa yang masih ia
perbuat dan belum mampu ia tinggalkan, maka Allah mengganti seluruh dosa mereka
menjadi pahala. Adakah yang lebih dermawan dari Allah, kesalahan diganti dengan
pahala?! Maka kuatkanlah makna kalimat لا إله إلا اللهdalam hatimu, karena tidak ada yang bisa membuat
kesalahan, kejahatan, dan kehinaan berubah menjadi pahala kecuali Allah. Mereka
yang berdosa lalu bertobat, beriman kemudian berbuat baik maka Allah ganti
kesalahan-kesalahan mereka dengan pahala. Adakah Yang lebih berkasih sayang
dari-Nya?, maka Allah subhanahu wata’ala bertanya kepada hamba-Nya dalam
firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ، الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ
( الإنفطار : 6-7 )
“Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu
(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan
kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu
seimbang”. ( QS. Al Infithaar : 6-7 )
Tidak ada yang lebih dermawan dari Allah subhanahu
wata’ala yang telah menciptakan kita dengan penciptaan yang sempurna. Semoga
Allah subhanahu wata’ala melimpahkan kepada kita rahasia kemuliaan bulan Rajab,
Sya’ban dan Ramadhan, rahasia kemuliaan malam dan siang yang terpendam di
dalamnya rahasia keluhuran Allah yang tidak kita ketahui dan Allah limpahkan
kepada kita. Sebagaimana orang yang yang tidak meminta-minta namun diberi,
misalnya orang faqir yang lewat di jalan kemudian ada orang yang kasihan
terhadapnya lalu diberi tanpa ia memintanya bahkan ia tidak mengetahui bahwa ia
akan diberi, demikian pula keadaan kita terhadap Allah,
يَارَبِّ أَنْتَ قُلْتَ تَصَدَّقُوْا عَلَى اْلفُقَرَاءِ وَنَحْنُ اْلفُقَرَاءُ إِلَيْكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْنَا بِرَحْمَتِكَ
“Ya Rabb, Engkau berfirman : “bershadaqahlah kepada
orang-orang faqir”, dan kami adalah fuqara’ dihadapan-Mu, maka bershadaqahlah
kepada kami dengan kasih sayang-Mu”
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits luhur ini, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata kepada Abu Hurairah : “ Wahai Abu Hurairah, aku tau bahwa
tidak ada seseorang yang menanyakan tentang hadits ini selain engkau”, karena
Abu Hurairah banyak duduk bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
sedangkan kebanyakan sahabat yang lainnya dari kaum Anshar dan Muhajirin
bekerja namun Abu Hurairah tidak bekerja, beliau hanya duduk di rumah
Rasulullah bersama ahlu suffah untuk mempelajari hadits, kemudian
mengajarkannya kepada mereka pra sahabat yang sibuk, dimana ketika mereka ada
waktu luang mereka datang dan bertanya kepada Abu Hurairah, tentang ayat yang
baru turun atau hadits yang baru diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam karena Abu Hurairah selalu duduk bersama nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika Abu Hurairah bertanya kepada
Rasulullah tentang orang yang paling beruntung mendapatkan syafaat kelak di
hari kiamat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
“Orang yang paling beruntung mendapat syafaatku
dihari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain
Allah), ikhlas dari hatinya atau dari dirinya”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, shahib As
Syafa’ah, shahib al mi’raj, shahib Al Makkah wa Al Madinah, sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa : “Orang yang paling beruntung
mendapatkan syafaatku kelak di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan لا إله إلا الله
ikhlas dari dalam hatinya atau dari dirinya”. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar
Al Asqalany di dalam Fath Al Baari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa maksud dari
hadits ini bukan hanya kalimat لا إله إلا الله saja namun yang dimaksud adalaha لا إله إلا الله محمد رسول الله ,
namun Rasulullah bersabda dan meringkasnya hanya dengan kalimat لا إله إلا الله
saja. Hadits ini menjelaskan juga bahwa semakin kita mendalami dan memahami
makna لا إله إلا الله , maka akan semakin cepat kita mendapkan syafaat
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena seluruh hakikat ibadah
tiadalah berarti tanpa kalimatلا إله إلا الله , yang merupakan permulaan iman dan tidak akan
pernah ada akhirnya, ketika ia melakukan ibadah-ibadah yang lainnya seperti
shalat, puasa, zakat dan haji kesemua itu hakikatnya adalah dalam keadaan islam
dengan berkeyakinanan لاإله إلا الله . Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam juga memberi syafaat kepada orang non muslim,
orang munafik, para pendosa, sebagaimana beliau memberi syafaat kepada para
shalihin, sebagaimana Abu Thalib yang sebagian pendapat mengatakan bahwa ia
telah wafat dalam keadaan di luar Islam, namun disyafaati oleh nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari dimana Abu Thalib berada
di dalam jurang neraka namun Rasulullah memberinya syafaat sehingga dia hanya
berada di pinggir neraka, dan insyaallah akan mendapatkan syafaat lagi kelak di
hari kiamat, karena disebutkan pula bahwa Abu Thalib wafat dalam keadaan Islam
namun tidak mau mengucapkan لاإله إلا الله , bukan karena ia ingkar terhadap kalimat لاإله إلا الله akan
tetapi karena ia khawatir jika mengucapakannya maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam akan semakin dipersulit oleh kuffar quraisy di saat itu, maka
Abu Thalib tidak mau mengucapkannya, padahal sudah diperintah oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menolak perintah Rasulullah adalah dosa yang
sangat besar karena bisa menyebabkan sampai pada kekufuran, inilah dosa Abu
Thalib, namun tetap disyafaati oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan Rasulullah juga mensyafaati para pendosa, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fath Al Baari bisyarh Shahih Al Bukhari
bahwa diantara mereka para pendosa ada yang telah masuk ke dalam neraka lalu
dikeluarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantara mereka ada
yang akan masuk neraka namun Rasulullah beri ia syafaat sehingga tidak masuk ke
dalam neraka, dan adapula yang telah layak untuk masuk neraka namun dibatalkan
karena syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, adapula yang memang
tidak masuk neraka namun ia menghadapi hisab yang sangat lama dan sulit
kemudian dipermudah oleh Rasulullah dengan syafaatnya, diantara mereka ada yang
seharusnya menjalani hisab sebelum masuk ke surga namun diberi syafa’at oleh
Rasulullah sehingga tidak perlu dihisab lagi dan langsung memasuki surga, ada
juga yang telah masuk ke dalam surga kemudian disyafaati oleh Rasulullah agar
dinaikkan ke derajat yang lebih tinggi di surga, beliaulah shahib as syafaah
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan dalam riwayat yang
tsiqah ketika malam Isra’ Mi’raj nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
berhadapan dengan Allah, dan Allah berfirman kepada nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam : “wahai Muhammad, langit itu milik siapa?”, nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “milik-Mu wahai Allah”, kemudian
Allah bertanya lagi : “Bumi milik siapa?”, nabi menjawab : “milik-Mu
wahai Allah”, lalu Allah subhanahu wata’ala bertanya lagi : “dan engkau
milik siapa wahai Muhammad?” nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “milik-Mu
wahai Allah”, kemudian Allah bertanya lagi : “dan Aku milik siapa wahai
Muhammad?”, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab namun
beliau hanya menunduk, maka Allah berkata : “Aku adalah milik hamba-hamba-Ku
yang bershalawat kepadamu wahai Muhammad”. Sungguh beruntung ummat nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bershalawat kepadanya. Allah
subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
( الأحزاب : 56 )
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu
untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. ( QS. Al Ahzaab : 56 )
Oleh karena itu kita gembira karena mejelis shalawat
semakin hari semakin banyak dan berkembang, di wilayah Jakarta semakin dahsyat,
di luar kota dan di luar negeri pun semakin dahsyat, saat ini di Singapura
bergemuruh dengan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Semoga Allah menjaga dan menjauhkan kita dari kelompok orang yang selalu
membid’ahkan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga
mereka diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, dan jangan sampai kita
terjebak lagi dalam kelompok ini apalagi dipimpin oleh orang-orang dari
kelompok ini, wal ‘iyadzubillah, kita tidak mau dipimpin kecuali oleh
orang-orang yang memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Alhamdulillah malam Rabu yang akan datang adalah ulang tahun DKI Jakarta yang
ke-484 dan kali ini akan dirayakan dengan maulid nabi dan shalawat kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian dengan dzikir يا الله 1000
x, semoga melimpahkan kemakmuran di Jakarta dan seluruh wilayah di barat dan
timur, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kembali ke hadits tadi, sebagaimana yang dijelaskan juga oleh Al Imam Ibn Hajar
Al Asqalany bahwa disunnahkan untuk mengualng-ulang dan memperbanyak ucapan
kalimat لا إله إلا الله , berbeda dengan kelompok yang selalu membid’ahkan
orang-orang yang mengucapkan tahlil ( لا إله إلا الله ), padahal telah Allah firmankan atas orang-orang
yang menentang Islam bahwa ketika kalimat لا إله إلا الله diucapkan dihadapan mereka maka mereka
menyombongkan diri dan menolak ucapan itu. Mereka tidak menghendaki jika
kalimat لاإله إلا الله diperbanyak, semoga Allah melimpahkan hidayah
kepada mereka, amin. Semoga Jakarta ini menjadi kota orang-orang yang cinta
bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin-hadirat, Dalam hadits tadi juga dijelaskan
bahwa Abu Hurairah adalah seorang yang sangat berbakti kepada ibunya.
Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim suatu ketika Abu Hurairah datang kepada
Rasulullah dalam keadaan menangis, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya : “wahai Abu Hurairah apa yang membuatmu menangis?”, maka Abu
Hurairah berkata : “wahai Rasulullah, aku telah menyuruh ibuku untuk masuk
Islam namun ia tidak mau, dan hari ini mengucapkan kalimat yang sangat
menyakitkan hatiku karena telah menjelek-jelek kan namamu wahai Rasulullah,
maka doakanlah ibuku supaya mendapatkan hidayah dan masuk Islam”, kemudian
Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berdoa : “Ya Allah berilah hidayah
kepada ibu Abu Hurairah”, lalu Abu Hurairah pulang dan belum sampai di
rumahnya ia mendengar suara air, kemudian ibunya berkata : “jangan masuk dulu”,
kemudian Abu Hurairah mendapati ibunya telah selesai mandi dan menggunakan
pakaian yang tertutup dengan mengenakan jilbab, maka setelah Abu Hurairah masuk
ke dalam rumah ia berkata : أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله , menangislah Abu Hurairah, lalu mendatangi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “wahai Rasulullah,
ibuku telah masuk Islam di tanganku, ketika aku pulang aku dapati ia selesai
mandi dan memakai pakaian yang tertutup dan memakai jilbab kemudian mengucap
syahadat “, itu karena dari doa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dari sini kita memahami, dan supaya tidak terjebak dalam memahami
firman Allah subhanahu wata’ala :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
( الحجرات : 13 )
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu”. (QS. Al Hujurat:
13 )
Orang yang mulia di sisi Allah tergantung pada
ketakwaanya, namun bukan hanya itu, karena ada orang yang mulia di sisi Allah
namun bukan karena ketakwaannya, tetapi karena doa orang lain, sebagaimana ibu
Abu Hurairah yang dulunya adalah seorang kafir dan mencaci maki Rasulullah,
namun karena telah didoakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka
berubah menjadi mu’minah shalihah, padahal ia mencaci nabi namun didoakan oleh
beliau dan dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana kisah antara
nabi Musa As dan nabi Khidir As dalam surah Al Kahfi, dimana ketika nabi Khidir
As diutus untuk menemui nabi Musa AS dan mengajarinya tentang takdir-takdir
Ilahi. Kisah ini sangat panjang namun secara singkat ketika nabi Musa As
bertemu dengan nabi Khidir As, nabi Musa As berkata kepada nabi Khidir :
“izinkanlah aku ikut bersamamu untuk kau ajari aku tentang ilmu yang egkau
ketahui?”, nabi Khidir berkata: “sungguh engkau tidak akan
bisa sabar bersama denganku”, nabi Musa AS menjawab:
“Insyaallah aku akan bisa bersabar dan tidak akan melanggar perintahmu”,
lalu nabi Khidir berkata: “Jika kau ikut bersamaku, maka jangan
engkau bertanya tentang sesuatu sampai aku yang mengatakannya kepadamu”.
Maka keduanya berjalan hingga menaiki sebuah perahu lalu nabi Khidir
membocorkan perahu itu, maka nabi Musa berkata: “mengapa engkau
membocori perahu itu untuk menenggelamkan orang-orang di dalamnya, sungguh
engkau telah berbuat kesalahan”, maka nabi Khidir berkata :
“bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa engkau tidak akan bisa sabar
mengikutiku”, maka nabi Musa berkata : “baiklah maafkan aku,
sungguh aku telah lupa”, kemudian mereka melanjutkan perjalanan
sehingga mereka menemui seorang anak kecil maka dibunuhlah anak kecil itu oleh
nabi Khidir, lalu nabi Musa As berkata : “mengapa engkau membunuh anak
kecil yang tidak berdosa?”, maka nabi Khidir kembali berkata :
“bukankah telah aku katakan padamu, engkau tidak akan mampu bersabar
bersamaku”, maka nabi Musa kembali berkata : “baiklah
maafkan aku, jika nanti aku bertanya lagi kepadamu akan sesuatu maka
tinggalkanlah aku”, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan dan
ketika tiba di sebuah perkampungan, maka penduduk kampung itu tidak mau
menerima mereka dan tidak mau menjamu mereka, lalu disana mereka menemukan
sebuah dinding rumah yang telah rapuh dan hampir roboh, maka nabi Khidir
memperbaiki dan membangun kembali dinding rumah itu, maka nabi Musa berkata
: “jika engkau mau, engkau bisa meminta imbalan untuk hal itu”,
kemudian nabi Khidir berkata : “inilah akhir pertemuanku denganmu, aku
akan menjelaskan kepadamu akan hal-hal yang tidak mampu engkau bersabar
atasnya, ketahuilah bahwa perahu yang kubocorkan tadi adalah milik orang miskin
yang bekerja di laut, dan aku merusaknya hingga perahu itu tenggelam karena
dihadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu, adapun anak
muda (kafir) itu kubunuh, karena kedua orang tuanya adalah orang yang beriman
dan aku khawatir dia akan memaksa kepada kesesatan dan kekafiran dan Allah akan
menggantikannya dengan anak lain yang lebih baik darinya, dan tembok rumah yang
kubangun itu adalah milik dua anak yatim di kampung itu, yang dibawahnya ada
pendaman harta untuk mereka yang mana ayah mereka adalah orang shalih, maka
Allah berkehendak agar anak yatim itu dewasa kemudian mereka mengeluarkan harta
itu sebagai rahmat dari Allah”. Maka Allah menjaga harta itu untuk kedua
anak yatim itu karena ayah mereka adalah orang yang shalih, dan bukan karena
kedua anak yatim itu yang shalih. Jadi hidayah itu bisa dikarenakan
ketakwaan kita, bisa juga karena ketakwaan dan doa orang lain, atau doa seorang
anak terhadap ayah ibunya, seperti doa Abu Hurairah, atau karena doa orang tua
terhadap anaknya, maka kemuliaan itu bisa datang dari mana saja namun tetap
dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Demikian rahasia kemuliaan di dalam
kehidupan kita yang harus kita fikirkan, berhati-hatilah dalam melewati
kehidupan ini, janganlah menjauh dari para shalihin apalagi memusuhi dan
mengganggu para shalihin, baik mereka yang masih hidup atau pun yang telah
wafat. Cintailah para shalihin, baik yang masih hidup atau pun yang telah
wafat, khususnya pemimpin para shalihin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Hati-hati terhadap kelompok yang tidak ingin dan tidak mau memuliakan
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena hal ini ada perbuatan iblis,
dimana salah satu sifat iblis adalah tidak mau memuliakan makhluk yang
dimuliakan Allah, tidak mau bersujud kepada nabi Adam, kenapa? karena nabi Adam
adalah makhluk yang diciptakan dari tanah, sejak puluhan ribu tahun iblis
bersujud kepada Allah, namun tidak mau ketika diperintah untuk bersujud kepada
nabi Adam As. Dan kita tidak diperintah untuk bersujud kepada nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, namun kita diperintah oleh Allah untuk memuliakan
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka wajib memulikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
( الحجرات : 2 )
“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya
dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap
sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu , sedangkan kamu tidak
menyadari.” ( QS. Al Hujurat : 2 )
Di masa pemerintahan sayyidina Umar bin Khattab RA,
dimana ketika datang dua orang ke Madinah Al Munawwarah dan mereka masuk ke
dalam masjid An Nabawy dan mengeraskan suara mereka disana, maka sayyidina Umar
yang di saat itu menjadi khalifah bertanya : “kalian datnag dari mana?”,
mereka menjawab: “ kami datang dari Najd” maka sayyidina Umar berkata : “jika
kalian penduduk Madinah maka akan aku cambuk kalian karena telah mengeraskan
suara di dekat jasad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, padahal
Rasulullah telah wafat. Al Imam Malik Ar, guru dari Al Imam As Syafi’i Ar,
beliau tidak pernah memakai sandal jika berada di Madinah karena memuliakan
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal panas matahari di saat itu
sangat menyengat, dan beliau ( Al Imam Malik) jika membaca hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam maka tidak boleh ada orang yang bersuara, karena
jika ada yang bersuara atau mengeraskan suara ketika hadits Rasulullah dibaca
maka sama halnya dengan mengeraskan suara di hadapan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Alhamdulillah kita di majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berada di dalam naungan Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Akhir dari penyampaian saya, sebagian orang ada yang bertanya-tanya dan hal ini
perlu diperjelas : “Habib Munzir kok mobilnya ganti-ganti, cakep-cakep
terus?!”. Alhamdulillah, namun saya sampaikan bahwa saya tidak mempunyai
mobil, dan saya tidak pernah berfikir untuk punya mobil. Saya sampaikan bahwa
angsuran mobil Galant sudah lunas, tentunya dengan cara kredit yang islami,
insyaallah pertemuan yang akan datang kita akan membahas masalah ini agar tidak
terkena riba dalam hal kredit ini. Setelah angsurannya lunas saya jual mobil
itu untuk membiayai dakwah Majelis Rasulullah ini, jika ada mobil milik majelis
maka boleh-boleh saja dan jika saya wafat maka bukan warisan untuk keluarga
saya, dan jika istri saya yang punya mobil maka boleh-boleh saja, namun saya
pribadi tidak punya mobil dan tidak pula punya rumah, rumah saya mengontrak,
saya tidak mau punya rumah atau harta, cukuplah cinta kepada sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. “Habib kok begitu, tapi kenyataannya kan ada
mobil?”, orang lain yang meminjamkan untuk dipakai seminggu atau dua minggu
supaya berkah, ada pula yang menyiapkannya dan lainnya, maka janganlah kalian
sampai kebingungan dan bertnya-tanya akan hal itu. Saya doakan semoga kalian
semua makmur dengan rahmat dan keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak memiliki apa-apa namun para sahabat banyak yang kaya raya,
diantaranya sayyidina Utsman bin ‘Affan, sayyidina Abdurrahman bin ‘Auf dan
yang lainnya banyak dilimpahi keluasan, kemudian digunakan untuk membantu nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan para jama’ah yang sekarang biasa
membantu dengan berinfak 500 atau 1000 rupiah, mudah-mudahan satu atau dua
tahun kedepan bisa membantu dengan mobil, amin. Mohon maaf hal ini saya
sampaikan hanya sekedar penjelasan saja.